Sebelumnya kita harus mengetahui dulu apa itu inflasi .
Inflasi adalah peristiwa kenaikan harga yang terjadi pada perekonomian yang
bersifat umum dan terus menerus untuk sekelompok barang tertentu. inflasi
menggambarkan adanya dinamika atau
perubahan yang terjadi dalam perekonomian Negara baik dipengaruhi dari sisi
permintaan maupun dari sisi penawaran .Setiap Negara pasti
mengalami inflasi dalam perekonomiannya,tingkatan inflasi juga berbeda-beda
pada setiap tahunnya ,karena inflasi dialami oleh setiap Negara maka inflasi
cocok dijadikan untuk menilai perkembangan ekonomi suatu negara. Oleh karena itu,
untuk mencapai kondisi perekonomian yang stabil di Indonesia, peran serta semua
pihak yang terkait perlu digalakkan dan ditegaskan . Bank Indonesia sebagai
Bank Sentral di Indonesia telah menjalankan fungsinya dengan baik dan sangat tepat yaitu menetapkan SBI
sebagai instrumen kebijakan moneter.
Efektivitas kebijakan
moneter Bank Indonesia terhadap variabel-variabel makroekonomi, seperti masalah
inflasi dan tingkat pengangguran di Indonesia perlu diperhatikan. Bank Sentral
juga diharapkan tidak hanya terfokus pada pentargetan inflasi , namun perlu
juga memperhatikan variabel makroekonomi lainnya.
Dan Tingkat inflasi yang tinggi
memperlihatkan ketidakstabilan harga, hal ini tentu saja mengurangi daya beli
masyarakat. Ketika inflasi terjadi, jumlah uang yang beredar akan meningkat.
Hal tersebut akan berdampak pada menurunnya nilai tukar Rupiah.
Dalam sector bisnis inflasi merupakan factor
eksternal yang sangat mempengaruhi , Saat inflasi Pelarian modal tentu akan
mengakibatkan dana untuk investasi menurun secara tajam, akibatnya terjadi perputaran dana di
sektor riil, dan berdampak pada tenaga kerja. Akibat krisis keuangan yang
terjadi, banyak para pengusaha yang gulung tikar (bangkrut) karena dililit hutang bank, sehingga banyak
pekerja atau buruh pabrik yang terpaksa di-PHK atau dibebas tugaskan oleh
perusahaan.
Hal ini menjadi salah satu pemicu
terjadinya ledakan pengangguran yang luar biasa, yakni pelonjakan angka
pengangguran dalam waktu yang singkat dan saat seperti ini, untuk meredam
melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar dan tingkat inflasi yang tinggi
ini, Bank Sentral meningkatkan tingkat suku bunga SBI.
Contohnya yang terjadi di Indonesia Krisis mata uang ditandai dengan melemahnya mata uang Rupiah terhadap Dollar pada pertengahan tahun 1997. Rupiah yang bernilai Rp 2.540 per US Dollar pada bulan Juni 1997, mengalami depresiasi secara terus menerus hingga akhir tahun 1997 mencapai 4.650 Rupiah per US Dollar. Untuk menahan laju nilai tukar Rupiah ini, maka pada tanggal 14 Agustus 1997 pemerintah melepas sistem kurs mengambang terkendali (Managed Floating System) dan menerapkan sistem kurs mengambang bebas (Free Floating System). Namun, memasuki tahun 1998 kondisi nilai tukar Rupiah semakin parah dan puncaknya mencapai 14.850 Rupiah per US Dollar pada Juni 1998.
Penanggulangan inflasi yang sangat parah
(hyper inflation) dilakukan dengan cara melakukan sanering (pemotongan nilai
mata uang) . Kebijakan senering
yaitu:
1.
Penurunan nilai mata uang
secara global Internasional
2. Pembekuan sebagian simpanan pada bank –
bank dengan ketentuan bahwa simpanan yang dibekukan akan diganti menjadi
simpanan jangka panjang oleh pemerintah.
4. Kebijakan yang berkaitan dengan factor luar
( output) . Kenaikan output dapat memperkecil/ memperlambat laju inflasi.
Kenaikan jumlah output ini bisa dicapai dengan menjalankan kebijakan penurunan
terhadap bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya
jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan harga. Jadi pemasukan lebih
besar dari pada pengeluaran.
5. Kebijakan penentuan harga
0 komentar:
Posting Komentar