Senin, 24 November 2014

Inflasi Terhadap perekonomian Indonesia




Sebelumnya kita harus mengetahui dulu apa itu inflasi . Inflasi adalah peristiwa kenaikan harga yang terjadi pada perekonomian yang bersifat umum dan terus menerus untuk sekelompok barang tertentu. inflasi menggambarkan  adanya dinamika atau perubahan yang terjadi dalam perekonomian Negara baik dipengaruhi dari sisi permintaan  maupun  dari sisi penawaran .Setiap Negara pasti mengalami inflasi dalam perekonomiannya,tingkatan inflasi juga berbeda-beda pada setiap tahunnya ,karena inflasi dialami oleh setiap Negara maka inflasi cocok dijadikan untuk menilai perkembangan ekonomi suatu negara. Oleh karena itu, untuk mencapai kondisi perekonomian yang stabil di Indonesia, peran serta semua pihak yang terkait perlu digalakkan dan ditegaskan . Bank Indonesia sebagai Bank Sentral di Indonesia telah menjalankan fungsinya dengan baik dan sangat tepat yaitu menetapkan SBI sebagai instrumen kebijakan moneter.

 Efektivitas kebijakan moneter Bank Indonesia terhadap variabel-variabel makroekonomi, seperti masalah inflasi dan tingkat pengangguran di Indonesia perlu diperhatikan. Bank Sentral juga diharapkan tidak hanya terfokus pada pentargetan inflasi , namun perlu juga memperhatikan variabel makroekonomi lainnya. 

Dan Tingkat inflasi yang tinggi memperlihatkan ketidakstabilan harga, hal ini tentu saja mengurangi daya beli masyarakat. Ketika inflasi terjadi, jumlah uang yang beredar akan meningkat. Hal tersebut akan berdampak pada menurunnya nilai tukar Rupiah.

Dalam sector bisnis inflasi merupakan factor eksternal yang sangat mempengaruhi , Saat inflasi Pelarian modal tentu akan mengakibatkan dana untuk investasi menurun secara tajam, akibatnya terjadi perputaran dana di sektor riil, dan berdampak pada tenaga kerja. Akibat krisis keuangan yang terjadi, banyak para pengusaha yang gulung tikar (bangkrut)  karena dililit hutang bank, sehingga banyak pekerja atau buruh pabrik yang terpaksa di-PHK atau dibebas tugaskan oleh perusahaan.

Hal ini menjadi salah satu pemicu terjadinya ledakan pengangguran yang luar biasa, yakni pelonjakan angka pengangguran dalam waktu yang singkat dan saat seperti ini, untuk meredam melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar dan tingkat inflasi yang tinggi ini, Bank Sentral meningkatkan tingkat suku bunga SBI.

Contohnya yang terjadi di Indonesia Krisis mata uang  ditandai dengan melemahnya mata uang Rupiah terhadap Dollar pada pertengahan tahun 1997. Rupiah yang bernilai Rp 2.540 per US Dollar pada bulan Juni 1997, mengalami depresiasi secara terus menerus hingga akhir tahun 1997 mencapai 4.650 Rupiah per US Dollar. Untuk menahan laju nilai tukar Rupiah ini, maka pada tanggal 14 Agustus 1997 pemerintah melepas sistem kurs mengambang terkendali (Managed Floating System) dan menerapkan sistem kurs mengambang bebas (Free Floating System). Namun, memasuki tahun 1998 kondisi nilai tukar Rupiah semakin parah dan puncaknya mencapai 14.850 Rupiah per US Dollar pada Juni 1998.

Penanggulangan inflasi yang sangat parah (hyper inflation) dilakukan dengan cara melakukan sanering (pemotongan nilai mata uang) . Kebijakan senering yaitu:

1.     Penurunan nilai mata uang secara global Internasional
2.    Pembekuan sebagian simpanan pada bank – bank dengan ketentuan bahwa simpanan yang dibekukan akan diganti menjadi simpanan jangka panjang oleh pemerintah.
4.    Kebijakan yang berkaitan dengan factor luar ( output) . Kenaikan output dapat memperkecil/ memperlambat laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini bisa dicapai dengan menjalankan kebijakan penurunan terhadap bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan harga. Jadi pemasukan lebih besar dari pada pengeluaran.
5.    Kebijakan penentuan harga



0 komentar:

Posting Komentar